Tasybih Dhimmi dan Maqlub
TASYBIH
DHIMMI DAN MAQLUB
Disusun untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Ilmu Bayan
Dosen Pengampu: Rina Susanti, M.A.
Disusun Oleh :
Nur Indah Kusuma (
53040160008)
M. Husein Alfarisi
(53040160025)
BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Ilmu balaghoh adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
mengolah kata atau susunan kalimat bahasa arab yang indah namun memiliki arti
yang jelas, selain itu gaya bahasa yang harus digunakan juga harus sesuai
dengan situasi dan kondisi. Dalam mempelajari Ilmu Balaghoh
kita mengenal tentang Ilmu Bayan, kita harus mengetahui apa saja yang
terkandung didalamnya, hal tersebut guna memberikan pemahaman kepada pembaca
mengenai Ilmu Bayan.
Dalam
kesempatan kali ini, penulis akan menyajikan kajian Ilmu Bayan khususnya
tentang “Tasybih Dhimmi dan Maqlub”. Maka dari itulah kita
sebagai penulis membahas tentang Tasybih Dhimmi dan Maqlub pada makalah ini, agar
mahasiswa khususnya dan umumnya bagi para pembaca mampu mengetahui dan mempunyai
pengetahuan tentang Tasybih Dhimmi dan Maqlub serta mampu menerjemahkan,
menulis dan mengucapkan ungkapan Bahasa Arab dengan indah.
B.
Rumusan
Masalah.
Untuk mempermudah penyelesaian masalah diatas
saya membuat beberapa rumusan masalah.
Apa pengertian Tasybih Tamsil, Dhimmi Maqlub?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tasybîh yang keluar
dari kebiasaan
Terdapat
jenis tasybîh yang keluar dari dasar awal penyusunan ungkapan tasybîh.
Tasybîh jenis ini ada dua, yaitu tasybîh dhimnî dan tasybîh
maqlûb.
a.
Tasybîh Maqlûb
Tasybîh
maqlûb adalah suatu jenis tasybîh yang
posisi musyabbah-nya dijadikan musyabbah bih, sehingga yang
seharusnya musyabbah dijadikan musyabbah bih, dan yang seharusnya
musyabbah bih menjadi musyabbah dengan anggapan wajh al-syibh pada
musyabbah lebih kuat, contoh:
وبدا الصباح كأن غرته # وجه الخليفة حين
يمتدح
"Telah terbit fajar, cahayanya seakan-akan wajah kholifah
ketika menerima pujian"
pada
syi’ir ini terangnya fajar diibaratkan dengan wajah khalifah, padahal seharusnya
sebaliknya. Pada tasybîh yang biasa, wajah khalifah disamakan dengan
fajar yang menyingsing. Pembalikan posisi antara musyabbah dan musyabbah
bih pada tasybîh maqlûb dilakukan untuk memberi gambaran bahwa
kecerahan wajah kholifah sangat kuat. Contoh lain untuk tasybîh maqlûb adalah,
سارت بنالسفينة في بحر كأن جدواك # وقد
سطع نور البدر كأنه جمال محياك
"Kami
berlayar dengan sebuah kapal di suatu laut yang kebaikannya seperti kebaikanmu;
pada saat itu bulan purnama bersinar yang cahayanya seperti keindahan
kehidupanmu ."
b.
Tasybîh Dhimnî
Tasybîh
Dhimnî adalah jenis tasybîh yang keadaan
musyabbah dan musyabbah bih-nya tidak jelas (implisit). Kita bisa
menetapkan unsur musyabbah dan musyabbah bih pada tasybîh jenis
ini setelah kita menelaah dan memahaminya secara mendalam. Contoh ungkapan tasybîh
dhimnî sbb,
فإن تفق
الأنام وانت منهم # فإن المسك بعض دم الغزال
“Jika
engkau lebih unggul dari kebanyakan orang, maka ingatlah bahwa
minyak
kasturi itu sebagian dari darah rusa”
Kata-kata
pada syi’ir di atas pada lahirnya tampak tidak berbentuk tasybîh. Akan
tetapi jika kita tela’ah secara teliti rangkaian kata-kata tersebut sebenarnya
mengandung pengertian tasybîh. Syi’ir di atas mengingatkan agar seseorang
yang merasa bangga akan ketinggian status sosialnya ia tidak boleh sombong. Ia
harus menyadari bahwa dia itu sama dengan manusia-manusia lainnya. Pada syi’ir
ini penyair membandingkannya dengan keadaan minyak kasturi yang harum. Minyak
itu berasal dari darah rusa yang kotor. Bentuk tasybîh pada syi’ir di
atas sangatlah halus dan tidak fulgar. Contoh lain untuk tasybîh dhimnî,
لا تنكرى عطل الكريم من الغنى # فالسيل
حرب للمكانالعالي
"Jangan
engkau (perempuan) menghina seorang lelaki yang mulia, akan tetapi miskin.
Ingatlah bahwa banjir yang membawa berbagai kotoran tidak akan mampu mencapai
tempat yang tinggi".
Dari
kata-kata pada syi’ir di atas tampak sepertinya tidak ada ungkapan tasybîh. Akan
tetapi kita mengerti bahwa di dalamnya mengandung pengertian tasybîh yaitu
menyerupakan orang mulia dengan tempat yang tinggi dan menyerupakan
kekayaan dengan banjir yang membawa segala kotoran. Sebagaimana banjir
tidak mau naik ke tempat yang tinggi, begitu pula kekayaan tidak mau
menyertai orang yang mulia.[1]
C.
Kesimpulan
Tasybîh tamtsîl adalah
tasybîh yang keadaan wajh al-syibh-nya terdiri dari gambaran
yang dirangkai dari keadaan beberapa hal.
Tasybîh Dhimnî adalah
jenis tasybîh yang keadaan musyabbah dan musyabbah bih-nya
tidak jelas (implisit). Kita bisa menetapkan unsur musyabbah dan musyabbah
bih pada tasybîh jenis ini setelah kita menelaah dan memahaminya
secara mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Zaenuddin, Pengantar I Bayan, diakses dari http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195307271980111-MAMAT_ZAENUDDIN/Pengantar_I_Bayan.pdf
pada 03 Maret 2018 pukul 12:30
Comments
Post a Comment