Pembagian Tasybih
PEMBAGIAN TASYBIH : DUA UJUNG TASYBIH
Makalah Ini Ditujukan Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Bayan
Oleh Dosen Pengampu: Rina
Susanti, M.A.
Disusun Oleh :
1. Vikhi Dwi Purnomo (53040160022)
2. Ulin Nida (53040160003)
PROGRAM
STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN
HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini
disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Pembagian Tasybih :
Dua Ujung Tasybih", yang kami sajikan dari berbagai sumber buku yang telah
kami baca. Makalah ini
memuat tentang “Pembagian Tasybih : Dua Ujung Tasybih”. Tentunya makalah ini kurang sempurna dan
memerlukan perbaikan untuk itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk
memperbaiki makalah ini. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
yang mengampu mata kuliah Ilmu Bayan yang telah membimbing penyusun agar dapat
mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah makalah ini dengan
baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah
ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca, Dan juga kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika kami mempunyai kesalahan maupun
kekurangan dari makalah kami. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Salatiga, 12 Maret 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam mempelajari ilmu bayan pasti tidak
lepas dari yang namanya musyabbah, musyabbah bih, wajah syabbah dan adat
syibhi, semua unsur tersebut harus ada dalam bentuk uslub tasybih karena
keempat unsur tadi adalah sebagai rukun tasybih, seperti yang telah kita
ketahui bahwasanya musyabbah adalah sesuatu yang akan diserupakan, musyabbah
bih adalah sesuatu yang menjadi objek untuk diserupakan, wajah syibhi adalah
sifat yang terdapat diantara kedua pihak tersebut dan adat syibhi adalah alat
yang digunakan untuk menyerupakan.
Maka setelah kita mengenal hal tersebut
kita dapat lebih mendalaminya lagi dengan mengetahui 2 ujung syibhi yang mana
kedua ujung tersebut yang dimaksud adalah musyabbah musyabbah bih, maka dalam
pembahasan 2 ujung tasybih tersebut kita dapat mengenal pembagian tasybih
melalui musyabbah dan musyabbah bih-nya yang dapat dilihat dari berbagi segi,
yaitu dapat dilihat dari sisi hissi dan aqlinya, mufrod dan murokkabnya serta
dapat dilihat dari ta’adudnya (bilangannya). Penjelasan tentang hal tersebut
akan kami ulas lebih banyak dalam bab pembahasan, semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua dan selamat membaca.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dua ujung
tasybih yang dilihat dari segi hissi dan aqlinya?
2. Apakah yang dimaksud dengan dua ujung
tasybih yang dilihat dari segi mufrod dan murokkabnya?
3. Apakah yang dimaksud dengan dua ujung
tasybih yang dilihat dari segi jumlahnya (ta’adud)nya?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dua ujung tasybih yang
dilihat dari segi hissi dan aqlinya
2. Mengetahui maksud dua ujung tasybih yang
dilihat dari segi mufrod dan murokkabnya
3. Mengetahui maksud dua ujung tasybih yang
dilihat dari segi jumlahnya (ta’adud)nya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembagian
Dua Ujung Tasybih Dari Segi Hissi Dan Aqli
Dua ujung tasybih adalah musyabbah dan
musyabbah bih, dua ujung tasybih ini adakalanya :
1. Keduanya hissi, artinya dapat dirasakan
dengan salah satu panca indera, contoh :
أَنْتَ كَالّشَّمْسِ فِي الضِّيَاءِ
Anda seperti matahari dalam cahayanya
Dan juga
seperti menyerupakan pipi dengan bunga mawar, seperti ucapan penyair :
وَكَأَنَّ مُحْمَرَّ الشَّقِيْ # ىقِ
إِذَا تَصَوَّبّ أَوْ تَصَعَّدَ
أَعْلَامُ يَاقُوْتُ نُشِرْ # ىنَ
عَلَي رِمَاجٍ مِنْ زَبَرْجَدِ
Seolah-olah bunga syaqiq yang merah, tatkala condong
ke bawah atau ke atas, laksana bendera bendera yaqut yang dikibarkan di atas
tombak-tombak dari zabarjad.
Selain dapat dirasakan oleh panca indera, sifat hissi
juga dapat digunakan untuk hal yang tidak dapat dirasakan oleh panca indera,
namun hanya bisa dirasakan oleh materinya saja yang disebut dengan khayalan (الخيالي) seperti contoh :
كَأَنَّ الْحُبَابَ الْمُسْتَدِيْرَ بِرَأْسِهَا # كَوَاكِبُ
دُرِّ فِي السَّمَاءِ عَقِيْقِ
Seolah-olah buih-buih yang bundar yang ada
di bagian atas arak, laksana bintang-bintang mutiara yang ada di langit permata
akik.
Maksudnya ialah bahwa bintang-bintang
mutiara dan langit permata akik tidak bisa dilihat dengan panca indera karena
hanya berupa khayalan dan tidak nyata. Tetapi materinya yaitu mutiara dan akik
dapat ditemukan secara tersendiri.[1]
2. Keduanya aqli, yakni dapat ditemukan dengan
akal, contoh :
·
الْعِلْمُ كَالْحَيَاةِ
: ilmu pengetahuan itu laksana kehidupan
·
الضَّلَالُ عَنِ الْحَقِّ كَالْعَمَي
: sesat dari kebenaran itu laksana buta
·
الْجَهْلُ كَالْمَوْتِ
: bodoh itu laksana kematian
Yang dimaksud dengan akal adalah sesuatu yang
dibenarkan dalam hati, seperti pendapat, penciptaan, nasib baik, harapan, ilmu
pengetahuan kehidupan, cerdas dan berani. Akal adakalanya bersifat wahmi (prasangka),
yaitu sesuatu yang tidak ada wujudnya dan tidak pula ada bagian-bagiannya, baik
keseluruhan atau sebagian dalam kenyataannya. Seandainya ada maka dapat
diketahui oleh salah satu dari panca indera, seperti contoh :
أَيَقْتُلُنِي وَالْمَشْرِفِيُّ مَضَاجِعِيْ # وَمَسْنُوْنَةُ
زُرْقٍ كَأَنْيَابِ أَغْوَالِ
Apakah dia akan membunuhku, sedangkan
pedang masyrifi sebagai teman berbaringku dan anak panah berwarna biru itu
laksana taring-taring hantu.
Maksudnya adalah sesungguhnya taring-taring hantu dan
materinya itu tidak dapat dijumpai dan hanyalah diciptakan oleh sangkaan atau
angan-angan, dan juga akal adakalanya berupa wijdaniy, yaitu sesuatu
yang dapat diketahui maupun dirasakan di dalam hati, seperti susah, senang, kenyang,
lapar, haus dan puas.[2]
3. Musyabbah bersifat hissi dan musyabbah bih
bersifat aqli, seperti :
طَبِيْبُ السُّوْءِ كَالْمَوْتِ : dokter yang jahat itu laksana kematian.
4. Musyabbah bersifat aqli dan musyabbah bih
bersifat hissi, seperti :
الْعِلْمُ كَالنُّوْرِ
: ilmu pengetahuan itu laksana cahaya.
B.
Pembagian Dua Ujung Tasybih Dari Segi
Mufrod Dan Murokkabnya
Pembagian dua ujung Tashbih, yaitu mushabbah dan mushabbah bih
dengan melihat segi Mufrad dan Murakkab itu adakalanya :
1.
Menyempurnakan sesuatu yang mufrad (bentuk
tunggal) dengan mufrad pula
Contoh : menyerupakan pipi dengan bunga mawar. خَدُهُ كاَلْوَرْدِ : pipinya seperti kembang mawar. Wajah shabbahnya ialah : sama-sama
menawan. Dalam kitab Jawahirul Balaghah bentuk ini adakalanya [3] :
a. Keduanya bentuk mufrad yang mutlak (tanpa qoyyid)
seperti :كَالشَّمْسِ ضَوْءُهُ : cahayanya seperti matahari
b. Keduanya muqoyyad
Seperti: السَّاعِى بِغَيْرِ طَائِلٍ كَالرَّاقِمِ عَلَى اْلمَاءِ :
orang yang berusaha dengan hal yang tiada faedahnya, seperti orang yang
menulis diatas air.
Dan dapat diketahui bahwa bentuk taqyid diantaranya bisa dibentuk dengan
idhafah, sifat, maful bih, hal, zharaf atau dengan lainnya, dan disyaratkan
dalam qayyid itu hendaknya mempunyai pengaruh dan kesan pada wajah shabah.
c. Keduanya berbeda
Seperti : كاللؤلؤ المنظوم ثغره : Gigi depannya seperti mutiara yang dirangkai. Atau contoh :العين في الزرقاء كالسنان : mata yang berwarna biru itu seperti mata tombak.
2. Menyerupakan Mufrad dengan Murakkab
Seperti ucapan syair:
وكأن محمر الشقي
# ىق إذا تصوب أو تصعد
أعلام ياقوت نشر # ىن
علي رماج من زبرجد
Seolah-olah bunga syaqiq yang merah,
tatkala condong ke bawah atau ke atas, laksana bendera bendera yaqut yang
dikibarkan di atas tombak-tombak dari zabarjad.
Pada syair di atas ada penyerupaan bunga mawar dengan bendera yakut yang dibentang diatas
ujung tombak dari Zabarjad. Wajah shabahnya ialah keadaan yang membuktikan
suatu keadaan yang membuktikan suatu keindahan yang sama-sama elok
kelihatannya.
Atau seperti kata penyair lain :
وحدائق ليس الشقيق نباتها #
كالأرجوان منقطا بالعنبر
Dan taman yang tanamannya bukan bunga mawar,
ibarat pohon yang warna bunganya merah, yang diberi tanda dengan minyak ambar.
3. Menyerupakan murakkab dengan murakkab
Maksudnya adalah menyerupakan sesuatu yang
berbentuk susunan kalimat dengan sesuatu yang tersusun pula. Dengan gambaran
bahwa tiap-tiap dari musabbah dan musabbah bih terdapat suatu sifat(keadaan)
yang merupakan hasil dari beberapa susunan yang terkumpul sehingga menjadi
suatu kesatuan, contoh ucapan penyair :
كأن مثار النقع فوق
رؤوسنا #
وأسيافنا ليل تهاوى كواكبه
Seakan-akan berterbangannya debu dan
pedang-pedang kita diatas kepala-kepala kita, laksana malam yang bertebaran
bintang-bintangnya.
Penyair menyerupakan berterbangannya debu
dengan bintang-bintang diberbagai kawasan yang berbeda di malam hari yang gelap
gulita, dan menyerupakan pedang yang gemerlapan karena memercikkan api dengan
bintang-bintang yang berjatuhan.
Dalam Jawahirul Balaghah diterangkan bahwa, Tasbih murakkab apabila
bagian-bagiannya dipisah maka menjadi hilanglah yang dimaksudkan dari keadaan
mushabbah bih. Seperti susunan tashbih yang bisa dilihat dalam kata penyair
berikut, dimana penyair menyerupakan
bintang - bintang yang bercahaya ditengah-tengah
langit dengan mutiara-mutiara yang ditaburkan diatas permadani berwana biru.
syair tersebut adalah :
درر فئرن على بساط أزرق # وكأن أجرا م النجوم لوامعا
Seakan-akan bentuk bintang-bintang ketika
bercahaya laksana mutiara-mutiara yang ditaburkan diatas
permadani berwarna biru.
Sebab jika dikatakan : وكأن السماء بساط أزرق - وكأن أجرام النجوم درر , maka tashbih juga bisa diterima, tapi apa
yang dimaksudkan dengan keadaan mushabbah bih telah tiada[4].
4. Menyerupakan
murokkab dengan mufrod, Seperti contoh الماء المالح كالسم : : air yang asin itu seperti racun
C. Pembagian Dua Ujung Tasybih Dilihat Dari Segi Bilangannya
Tasybih dengan
memperhatikan dua ujungnya dari segi bilangannya terbagi menjadi empat yaitu :
1.
Tasybih malfuf
Maksudnya
mendatangkan beberapa musyabbah terlebih dahulu dengan menggunakan huruf athaf
atau sebagainya, lalu musyabbah bih-nya atau sebaliknya. Atau bisa
diartikan :
جمع كل طرف منهما مع مثله، كجمع
المشبه مع المشبه و المشبه به مع المشبه به بحيث يؤتى بالمشبهات اولا، ثم
بالمشبهات بها ثانيا
Mengumpulkan
masing-masing ujung keduanya dengan semisalnya, seperti mengumpulkan musyabbah
dengan musyabbah, dan musyabbah bih dengan musyabbah bih. Gambarannya adalah
pertama kali mengemukakan beberapa musyabbah, lalu selanjutnya menghadirkan
beberapa musyabbah bih.
Seperti mensifati
burung elang yang suka memangsa burung lain, sebagaimana dalam syi’ir dibawah
ini :
كأن القلوب الطير رطبا ويابسا # لدى
وكرها العناب والخشف البالي
Hati-hati burung
dalam keadaan basah dan kering di dalam sarangnya, tampak seperti anggur dan
kurma busuk.
Atau seperti ucapan
penyair :
ليل وبدر وغصن # شعر
ووجه وقد
Waktu malam, bulan
purnama dan batang pohon laksana rambut, wajah dan bentuk tubuh.
2.
Tasybih mafruq
Maksudnya adalah
mendatangkan musyabbah dan musyabbah bih lalu musyabbah dan musyabbah bih
lainnya, atau bisa diartikan :
جمع كل مشبه مع ما شبه به
Mengumpulkan setiap
musyabbah bersama musyabbah bih. Seperti ucapan penyair :
النثرمسك والوجوه دنا # نير
وأطراف الأكف عنم
Semerbak bau harum
wanita itu laksana minyak kasturi, dan wajah-wajah sepeerti dinar, dan
jari-jarinya seperti dahan pohon merah yang halus (pohon anam).
3.
Tasybih taswiyah
Yaitu berbilangnya
musyabbah bukan pada musyabbah bih-nya, contoh :
صدغ الحبيب وحالي #
كلاهما كالليالي
Rambut kekasih yang
terurai ke pelipis dan keadaanku, keduannya laksana beberapa malam
4.
Tasybih jamak
Yaitu berbilangnya
musyabbah bih bukan pada musyabbah nya, contoh :
كأنما يبسم عن لؤلؤ # منضد أو
برد أو أقاح
Seolah-olah kekasih
tersenyum dengan menampakkan gigi seperti mutiara yang dirangkai rapi, atau
seperti hujan air beku atau bunga uqhuwan.
Bunga ukhuwan yaitu bunga yang
tumbuh semerbak baunya yang dikelilingi daun putih dan ditengahnya berwarna
kuning.[5]
BAB III
PENUTUP
Pembagian dua ujung
tasybih secara garis besar terdapat 3 pembagian besar yaitu dua ujung tasybih
dari segi hissi dan aqli dimana dalam bagian ini bentuk tasybih dibagi lagi menjadi
4 bagian yaitu keduanya hissi, keduanya aqli, musyabbah hissi musyabbah bih
aqli dan sebaliknya. Kemudian pembagian besar kedua adalah dua ujung tasybih
dari segi mufrod dan murokkabnya yang didalam pembagian ini terdapat 4 macam
bentuk tasybih yaitu keduanya mufrod, keduanya murokkab, musyabbah mufrod
musyabbah bih murokkab dan juga sebaliknya.
Kemudian pembagian
besar dua ujung tasybih yang ketiga adalah dilihat dari segi jumlahnya
(ta’adud) yang mana pembahasan ini juga terbagi menjadi 4 yaitu tasybih malfuf,
tasybih mafruq, tasybih taswiyah dan tasybih jamak.
demikian penjelasan tentang dua ujung
tasybih seperti inilah yang dapat kami sampaikan, dan dalam penulisan makalah
ini tentunya kami masih banyak kekurangan baik dari segi teknis maupun isi
materinya, untuk itu kami mohon maaf sebesar-besarnya, kritik dan saran saudara
sangat berharga bagi kami demi menunjang pengetahuan kami dan juga kami
berterimakasih atas perhatian saudara yang meluangkan waktunya untuk membaca
makalah kami. sekian dan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hasyimi, As-Sayyid Ahmad.
2012. Jawahir
al-Balaghah fi al- Ma’ani wa al-Bayani wa al-Badi’I. Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah
Al-Qandaniy, Abi Fatih Manchfudzi. 2015. Intisari Ilmu Balaghah.
Yogyakarta: Lentera Kreasindo
Zamroji, Muhammad. 2017. Mutiara Balaghah
juz 2. Blitar: Pena Santri
Comments
Post a Comment